Usai Insiden Turis Brasil Jatuh, Bagaimana Keamanan Pendaki Di Gunung Rinjani?

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Tewasnya turis Brasil Juliana Marins di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), jadi sorotan dunia. Kabar itu menyebar dengan cepat, menembus kabut, dan terjalnya medan pergunungan di Rinjani, hingga menjangkau ke 'Negeri Samba' nan jauh di seberang benua.

Juliana, awalnya dikabarkan lenyap di Rinjani oleh pendampingnya pada Sabtu (21/6) pagi. Perempuan malang itu baru ditemukan 600 meter di bawah jalur pendakian, dengan posisi tertelungkup di dasar lembah berbatu, lima hari kemudian.

Gunung Rinjani memang menawarkan keelokan alam luar biasa, namun juga menyimpan akibat nan besar. Setiap musim pendakian, gunung setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut ini menyambut ribuan pendaki dari seluruh dunia. Jalurnya panjang, cuacanya tidak menentu, dan medannya menyimpan kejutan.

Pendaki Rinjani Sebagai Tim Puncak (Summit), Teddy, menceritakan pendakian di gunung ini memang sangat berat. Fisik dan mental kudu betul-betul siap untuk menghadapi Summit.

"Menuju puncak itu kita enggak bisa sembarang jalan, kebanyakan pendaki itu membungkuk alias merangkak. Tujuannya biar enggak terbawa angin andaikan berdiri, terus biar bisa sigap menghindari batu juga jika misalkan ada longsor. Kalau kita menunduk itu kita lebih bisa raih mudah support tangan untuk pegangan, jadi gak sigap merosot," kata Teddy kepada detikai.com, Senin (30/6/2025).

Ia melanjutkan, puncak Rinjani juga cukup kecil, dan pendaki-pendaki lain kudu antre untuk sekedar foto. "Mungkin hanya 2,5 meter diameternya untuk kita bisa jalan."

Ini belum ditambah suhu dingin di puncak Rinjani nan mencapai 10-15 derajat celcius. Di sana juga tidak ada ranger ataupun penduduk lokal.

Sementara Bram Toki, Pendaki Rinjani Sebagai Team Leader Pendakian mengatakan, berasas pengalamannya, tidak ada tim medis nan standby di Rinjani.

"Hanya ada pendaki-pendaki lain nan berupaya saling bantu jika terjadi sesuatu. Tapi jika nan tugasnya langsung sih, sepengalaman kita naik gunung, enggak ada nan jagain. Apalagi di pos-pos di atas," kata Bram kepada detikai.com, Senin (30/6/2025).

Ia menceritakan, awalnya dalam mendaki Rinjani termasuk mudah. Namun, menuju ke puncak banyak tantangan nan kudu dilalui.

"Memang jalannya awal landai. Landainya tuh landai nan belum masuk hutan. Kan kita melewati ladang dulu, terus savana, ada rumput-rumput gitu dan masuk kita ke hutan. Hutannya tuh sudah mulai ada nan landai, ada nan curam juga. Karena jalur sembalun itu termasuk jalur nan bisa dibilang enaklah buat mendaki. Walaupun agak panjang, tapi jalurnya tetap enak."

"Saya melangkah di belakang, meski team leader tapi saya nan nge-backup semua, memastikan semuanya aman," ucap dia.

Evaluasi Total Standar Pendakian Gunung

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dan Basarnas menegaskan segera mengevaluasi secara total Standar Operasional Prosedur (SOP) aktivitas pendakian gunung guna meminimalkan akibat kecelakaan dan meningkatkan keselamatan para pendaki.

Wacana pertimbangan SOP itu adalah respons pemerintah atas kejadian pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), nan dilaporkan lenyap di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (21/6). Setelah lima hari pencarian pendaki pemula tersebut baru sukses ditemukan meninggal bumi di dasar lembah berbatu, sekitar 600 meter di bawah jalur pendakian.

Kepala Basarnas Mohammad Syafi'i saat ditemui di Jakarta, Senin (30/6), mengatakan mengatakan pertimbangan itu perlu dilakukan secara sigap untuk memperkuat keahlian tim SAR campuran di seluruh wilayah, sehingga Basarnas bakal melibatkan lebih banyak unsur dalam setiap training agar mereka memahami prosedur penanganan kedaruratan di medan pendakian.

"Ke depan nan kita mau tingkatkan adalah keahlian potensi SAR. Kita sudah berjalan, sinergitas di lapangan cukup bagus, tapi perlu kerjasama lebih baik lagi," kata Syafi'i seperti dilansir Antara.

Dia menilai keahlian personel Basarnas telah teruji dalam beragam operasi berskala internasional. Namun secara umum tantangan utama petugas dalam pemindahan pendaki terletak pada kondisi medan dan cuaca nan ekstrem, sebagaimana nan dihadapi saat pemindahan Juliana.

"Kemampuan kita standar internasional. Basarnas datang di kejadian di Turki dan Myanmar, itu menjadi referensi. Setiap lima tahun kita di-currency oleh lembaga PBB, INSARAG," ujarnya.

Syafi'i juga menanggapi usulan pembangunan posko untuk menjadi tempat penyimpanan peralatan SAR di jalur-jalur pendakian untuk memperpendek waktu respons kegawatdaruratan.

Menurut dia, perihal ini sebagai salah satu bahan pertimbangan nan memerlukan kerja sama lintas Kementerian/Lembaga (K/L) mengingat Basarnas tidak mungkin menempatkan personel dan peralatan nan terbatas di seluruh area Indonesia.

"Contoh area wisata, itu kudu bisa mulai dari komunikasi. Dengan komunikasi kita bisa asesmen potensi bahayanya, menyiapkan personel dan peralatannya. Harapan kita, dengan keahlian nan terbatas ini bisa saling melengkapi," katanya.

Ia menegaskan prinsip utama operasi SAR adalah merasakan empati nan sama dengan korban, sehingga upaya penemuan dan pengamanan dilakukan secepat mungkin.

"Semangat kita satu jiwa satu rasa. Apa nan dirasakan korban itu menjadi semangat kita untuk segera menemukan dan menyelamatkan. Mudah-mudahan setiap kedaruratan nan terjadi di wilayah NKRI ini bisa kita atasi dengan sesegera mungkin," ucapnya.

Menanggapi kritik soal lambannya pengedaran info seputar proses pemindahan sehingga menuai perhatian publik, termasuk dari luar negeri, dalam peristiwa Juliana, Syafi'i memastikan perihal itu juga menjadi bahan evaluasi.

"Kata-kata lambat alias sigap itu tergantung siapa nan melihat. Tapi nan pasti, potensi SAR sudah melaksanakan aktivitas sesuai standar. Kritik itu wajar dan setiap kejadian pasti kita evaluasi," ujarnya.

Kemenpar: Wisata Ekstrem Mengandung Risiko Serius

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menegaskan kembali pentingnya kepatuhan memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian menyusul musibah nan menewaskan visitor asal Brasil Juliana Marins (26) di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dengan tulus menyampaikan belasungkawa kepada family korban, sekaligus menegaskan kembali komitmen pemerintah dalam menjaga keselamatan wisatawan.

"Kami menyampaikan belasungkawa nan tulus kepada family Juliana Marins atas kehilangan tragis ini," kata Menteri Widiyanti dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu (28/6/2025) seperti dilansir Antara.

Menurut Widiyanti, kejadian memilukan ini menjadi sirine keras bagi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia untuk menyerukan pentingnya kepatuhan terhadap Prosedur Operasional Standar (SOP) pendakian nan telah diatur dalam SK Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Nomor 19 Tahun 2022.

Menteri Widiyanti menekankan, “Kepatuhan terhadap prosedur ini bukan sekadar formalitas, namun menjadi tembok utama dalam meminimalkan kejadian fatal.”

Jenazah Juliana nan ditemukan setelah empat hari pencarian intensif di kedalaman 600 meter dan dievakuasi dalam kondisi medan ekstrem, semakin mempertegas urgensi penegakan SOP ini.

Menpar mengapresiasi kerja keras tim penyelamat dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, dan para relawan,

Tetapi dia pun mengeluarkan peringatan keras, menuntut tanggung jawab lebih dari pengelola lokasi wisata ekstrem.

Pengawasan, audit menyeluruh, serta training ulang wajib nan mencakup teknik keselamatan dan pemindahan darurat bagi operator, "porter", dan pemandu, menjadi prioritas utama, menurut Widiyanti.

Tujuannya, memastikan semua pihak mempunyai sertifikasi sesuai standar otoritas terkait.

Edukasi publik, khususnya bagi visitor mancanegara, mengenai pentingnya menggunakan operator resmi dan kelengkapan keselamatan, dijanjikan terus digencarkan.

Kolaborasi lintas kementerian dan lembaga seperti Kementerian Kehutanan, Basarnas, TNI/Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Balai Taman Nasional, dan Dinas Pariwisata Daerah, terus diperkuat demi memastikan efektivitas SOP di lapangan.

Masyarakat dan visitor juga diimbau untuk berkedudukan aktif: pilih operator bersertifikat, patuhi semua protokol keselamatan, dan laporkan setiap pelanggaran Prosedur Operasional Standar (SOP) pendakian melalui nomor WA 0811-895-6767.

"Insiden ini mengingatkan kita bahwa setiap lokasi wisata ekstrem mengandung akibat serius," kata Widiyanti.

Kepatuhan SOP pendakian kudu menjadi panggilan jiwa setiap pihak untuk memperkuat budaya keselamatan secara nasional, memastikan keelokan alam Indonesia dapat terus dinikmati dengan kondusif dan bertanggung jawab.

Tragedi WNA Brasil Jadi Pelajaran Tata Wisata Lebih Nyaman

Ketua DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Baiq Isvie Rupaeda berambisi tragedi kematian WNA Brasil Juliana Marins akibat terjatuh di Gunung Rinjani hendaknya menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk menata pariwisata setempat menjadi lebih kondusif dan nyaman.

"Semoga ini menjadi pembelajaran buat kita untuk menata lebih baik lagi lokasi wisata nan sekarang menjadi perhatian masyarakat, baik nasional maupun internasional," kata Baiq Isvie Rupaeda di Mataram, Senin (30/6) seperti dilansir Antara.

Isvie menyampaikan dukacita mendalam atas kejadian tersebut.

Ia mengapresiasi keahlian sejumlah pihak nan turut terlibat aktif untuk membantu pencarian dan pemindahan Juliana meski tim pemindahan sempat mengalami hambatan adanya cuaca buruk, termasuk kabut tebal dan badai.

Kendati demikian, letak Juliana baru sukses ditemukan pada hari Senin (23/6) di kedalaman sekitar 600 meter.

"Atas nama ketua DPRD NTB kami berterima kasih kepada tim SAR campuran mulai Basarnas, TNI/Polri, Pemprov NTB, master forensik RS Bali Mandara Bali, serta dua pendaki ahli menggunakan helikopter dan drone thermal untuk mencari korban hingga diketemukan," katanya.

Isvie membenarkan bahwa selama pencarian, warganet Brasil mendesak pemerintah Indonesia untuk mempercepat upaya pengamanan melalui media sosial, mengungkapkan kekhawatiran atas keselamatan Juliana.

Untuk itu, pihaknya menyampaikan permohonan maaf atas nama DPRD Provinsi NTB kepada Presiden dan pemerintah serta masyarakat Brasil atas kejadian tersebut.

Atas kejadian tersebut, DPRD bakal meminta Pemprov NTB untuk lebih meningkatkan upaya perlindungan dan keamanan bagi setiap visitor nan berjamu ke provinsi ini.

Selanjutnya, kata Isvie, keberadaan tim SAR nan terlatih nan terus siaga jika dibutuhkan dengan cepat.

Untuk visitor nan ke Gunung Rinjani, dia meminta agar lebih berhati-hati dan memperhatikan kondisi dan cuaca gunung tersebut setiap harinya.

"Jajaran pemprov dan pemkab juga kudu bekerja-sama untuk memastikan kenyamanan dan keselamatan visitor selama berada di NTB," katanya.

FPTI NTB Desak Pemerintah Evaluasi Pendakian Rinjani

Dewan Pembina Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Nusa Tenggara Barat, Ihwan mendesak pemerintah untuk mengevaluasi sistem pendakian di Gunung Rinjani sebagai corak upaya antisipasi dan pencegahan terjadinya kecelakaan seperti nan dialami pendaki asal Brasil, Juliana Marins.

"Kita tidak bisa terus-menerus hanya menjual kenikmatan tanpa menjamin keselamatan. Hal seperti ini tidak sehat. Kita kudu berpikir ulang gimana sistem penanganan musibah di Rinjani," ujarnya seperti dilansir Antara.

Ia mengkritisi kurangnya koordinasi dan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat di area wisata alam seperti Rinjani. Menurutnya, mitigasi musibah kudu menjadi prioritas dalam pengelolaan lokasi wisata alam, bukan sekadar mengejar pemasukan dari pariwisata.

Untuk itu, dia mengusulkan agar Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal segera duduk berbareng pemerintah pusat dan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) untuk merumuskan formula mitigasi musibah nan komprehensif dan berkelanjutan. Sebab, kata dia, perlu ada kejelasan tentang siapa nan bertanggung jawab jika terjadi musibah di Rinjani.

"Harus ada pola koordinasi nan jelas. Siapa melakukan apa, gimana sarana dan prasarana disiapkan, jangan hanya konsentrasi pada pendapatan," tegas Iwan Slank sapaan karibnya.

Ia juga menyinggung biaya besar nan dikelola oleh BTNGR nan semestinya bisa dimanfaatkan untuk memperkuat aspek keselamatan.

"Itu biaya nyata, bukan daun mangga. Harus ada anggaran nan betul-betul digunakan untuk perlindungan dan keselamatan para pendaki," tegasnya.

Selain soal teknis mitigasi, Dewan Pembina FPTI NTB juga mengingatkan pentingnya menjaga kearifan lokal sebagai bagian dari pendekatan budaya dalam menjaga kelestarian Rinjani. Ia mencontohkan tradisi "nyembeq" nan bisa dijadikan pembelajaran bagi para pendaki agar menghormati alam dan budaya istiadat setempat.

"Tradisi lokal seperti nyembeq kudu tetap dilestarikan. Itu bisa memberi sugesti positif kepada para pendaki agar menjaga sopan santun dan tidak semena-mena saat berada di gunung," katanya.

Ia berambisi kejadian tragis nan menimpa pendaki Juliana Marins dan lainnya beberapa waktu lampau menjadi titik kembali bagi semua pihak, baik pemerintah provinsi, kabupaten/kota, masyarakat adat, hingga relawan untuk bersama-sama mengevaluasi sistem pengelolaan dan penanganan musibah di area Rinjani.

"Jika kita mau Rinjani tetap menjadi primadona wisata, maka keselamatan kudu menjadi perihal utama," tandas Iwan Slenk.

Iwan Slenk juga memberikan apresiasi luar biasa kepada Agam Rinjani, relawan nan terlibat aktif dalam penanganan kejadian Juliana Marins di Gunung Rinjani.

Menurutnya, pemerintah dan BTNGR perlu memberikan penghargaan atas dedikasi Agam dan relawan lainnya nan bekerja tanpa pamrih, di luar tanggung jawab lembaga resmi.

"Yang tampil ke depan ini bukan pemerintah alias TNGR, tapi justru relawan. Ini kudu diberikan apresiasi nan luar biasa. Pemerintah kudu memberikan penghargaan kepada Agam Rinjani dan menjadikan ini momentum untuk membenahi sistem," katanya.

Pendaki Malaysia Juga Tergelincir di Gunung Rinjani

Beberapa hari setelah turis Brasil jatuh di Gunung Rinjani dan kemudian meninggal dunia, sekarang ada pendaki Malaysia nan mengalami kejadian di area nan sama. Pendaki penduduk negara asing (WNA) berjulukan Nazril asal Malaysia itu dikabarkan tergelincir saat melakukan pendakian di area Gunung Rinjani, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun kondisinya dikabarkan tidak terlalu parah.

"Korban mengalami kecelakaan dengan terpeleset saat bakal menuju Danau Segara Anak Gunung Rinjani, setelah melakukan pendakian," kata Humas Polres Lombok Timur Iptu Nicolas Oesman di Lombok Timur, Sabtu (28/6/2025), dikutip dari Antara.

Akibat peristiwa itu, korban hanya mengalami luka ringan dan dibawa rekan sesama pendakinya dan porter, seseorang nan membantu membawa peralatan bawaan pendaki, nan menemaninya untuk turun ke bawah, Sabtu pagi, pendaki itu langsung dibawa ke Puskesmas Sembalun guna mendapatkan pertolongan.

Pendaki Malaysia itu telah dievakuasi dan sampai saat ini telah mendapatkan pertolongan medis. Sebelumnya, korban berangkat melakukan pendakian berbareng 12 orang melalui pintu pendakian Kandang sapi Bawak Nao Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kamis , 26 Juni 2025.

Usai Turis Brasil, Pendaki Malaysia Tergelincir di Gunung Rinjani. (dok.Instagram @btn_gn_rinjani/https://www.instagram.com/p/DLcHYysTM8U/)Setelah selesai melakukan pendakian ke puncak Gunung Rinjani, korban berbareng temannya melakukan perjalanan menuju ke Danau Segara Anak."Setelah itu korban terpeleset akibat menghindari porter nan cukup banyak melintas di jalur tersebut,” terang Iptu Nicolas.

Setelah itu porter dan kawan korban dibawa turun dengan mengalami lebam sebelah kaki kanan, pinggul tetap merasa sakit, luka lecet di kepala. "Kondisi korban mengalami luka-luka dan sudah mendapatkan perawatan intensif," tutupnya.

Infografis Tips Aman Mendaki

Selengkapnya