China Makin Ganas, Amerika Di Ambang Kekalahan Mutlak

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - China makin galak mengembangkan sistem kepintaran buatan (AI), dalam perlombaan sengit dengan Amerika Serikat (AS) dalam mendominasi teknologi tersebut.

Terbaru, Baidu mengumumkan gebrakan baru. Raksasa China nan digadang-gadang sebagai 'Google ala China' tersebut membuka akses secara berjenjang terhadap model bahasa besar (LLM) miliknya, ERNIE, untuk dunia.

Pada Maret lalu, Baidu menyatakan bahwa model ERNIE X1 terbarunya mempunyai performa setara dengan DeepSeek R1, namun dengan nilai hanya setengahnya.

Langkah ini dipandang sebagai salah satu gebrakan terbesar China dalam balapan teknologi AI, menyusul ketenaran DeepSeek nan sempat menggegerkan bumi Barat.

Dengan ini, China tidak hanya memperkuat dominasi, tapi juga secara terang-terangan menantang kekuasaan AS di sektor AI.

"Baidu sedang menyemai bumi dengan model AI buatan China," ujar analis AI, Strasmore, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (30/6/2025).

Ia menambahkan bahwa perubahan sigap dalam dinamika biaya dan akses model AI bakal mengubah peta industri secara drastis.

Meskipun akibat nan ditimbulkan Baidu tak seheboh DeepSeek ketika pertama kali meluncur, tetapi langkah ini dikatakan bisa mengubah lanskap perlombaan AI dunia.

"Ini bukan sekadar kisah AI dari China. Setiap kali perusahaan besar membuka sumber model nan kuat, perihal itu meningkatkan standar untuk seluruh industri," kata Sean Ren, guru besar madya pengetahuan komputer di University of Southern California dan Peneliti AI Terbaik Tahun Ini dari Samsung.

Ren mengatakan langkah Baidu memberi tekanan pada penyedia tertutup seperti OpenAI dan Anthropic untuk membenarkan API nan dibatasi dan nilai premium.

Pakar industri lainnya memandang Ernie nan open source berpotensi lebih mengganggu bagi pesaing AS dan China dalam perihal harga.

"Baidu baru saja melemparkan peledak molotov ke bumi AI," kata Alec Strasmore, pendiri konsultan AI Epic Loot.

"OpenAI, Anthropic, DeepSeek, semua orang nan mengira mereka menjual sampanye terbaik bakal menyadari bahwa Baidu memberikan sesuatu nan sama hebatnya," kata Strasmore.

Menurutnya, Baidu baru saja memberi pesan bagi semua startup bumi untuk berakhir bayar tool AI dengan nilai tinggi.

"Ini bukan kompetisi, ini adalah deklarasi perang terhadap harga," kata Strasmore.

CEO Baidu, Robin Li, menegaskan bahwa langkah ini dirancang untuk mempercepat penemuan global.

"Kami mau para developer bisa membangun aplikasi terbaik tanpa dibatasi oleh biaya dan alat," ujarnya dalam forum teknologi April lampau di China.

Meski sebagian pengamat di AS menilai gebrakan ini tak terlalu berdampak, lantaran minimnya pemahaman publik terhadap Baidu, namun dampaknya ke lanskap dunia dinilai serius.

"Kabar Baidu menjadi open-source kemungkinan besar tidak bakal berakibat besar," kata Cliff Jurkiewicz, Wakil Presiden Strategi Global di Phenom, perusahaan AI untuk sektor SDM.

"Kebanyakan orang di AS apalagi tidak tahu bahwa Baidu adalah perusahaan teknologi asal China," imbuhnya.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Menang Telak, Amerika Makin Banyak Hambur Uang

Selengkapnya