Cerita Para Mahasiswa Usia 20-an Kena Gagal Ginjal Di Vietnam, Terbiasa Konsumsi Ini

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Meningkatnya kasus kandas ginjal pada usia muda juga terjadi di Vietnam. Data Kementerian Kesehatan setempat menunjukkan terdapat 8,7 juta orang dewasa muda dengan penyakit ginjal kronis alias sekitar 12,8 persen dari populasi.

Vietnam saat ini mempunyai lebih dari 400 unit hemodialisis dan menyediakan jasa dialisis alias nan awamnya dikenal 'cuci darah' kepada sekitar 30.000 pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir setiap tahun, tetapi itu hanya memenuhi 30 persen dari kebutuhan pasien nan memerlukan dialisis secara nasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus kandas ginjal stadium akhir pada usia muda rentang 20-40 tahun telah meningkat secara mengkhawatirkan. Misalnya, Klinik Nefrologi Rumah Sakit Binh Dan (HCMC) di Vietnam, sekitar sepertiga pasien nan datang untuk pemeriksaan dan pengobatan kandas ginjal berumur di bawah 40 tahun.

Menurut statistik dari Departemen Ginjal Rumah Sakit Cho Ray, sekitar 400-500 pasien menjalani dialisis rutin. Setiap hari, rata-rata ada 60-70 kasus nan memerlukan dialisis darurat. Jumlah kasus kandas ginjal kronis stadium akhir meningkat pesat.

Duy, mahasiswa di Hanoi (23) dulunya mempunyai style hidup nan sama dengan banyak anak muda lain, begadang untuk belajar ujian, makan larut malam, minum teh susu dan minuman ringan. Mahasiswa laki-laki itu tidak menyangka style hidup nan tampaknya normal berujung pada nilai nan kudu dibayar mahal, 'cuci darah' seumur hidup.

Ia baru mengetahui menderita kandas ginjal kronis stadium IV tahun lalu, tetapi lantaran sibuk dengan ujian kelulusan universitasnya, dia berpuas diri, tidak melakukan pemeriksaan rutin, dan apalagi berakhir minum obat.

Ketika kemudian merasa capek dan mual parah, dia kembali ke rumah sakit. Dokter memberinya berita jelek bahwa kegunaan ginjalnya menurun drastis, mencapai kandas ginjal stadium akhir dan kudu segera cuci darah.

Sejak saat itu, untuk memperkuat hidup, Duy kudu menjalani cuci darah tiga kali seminggu di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi. Berbaring di ranjang rumah sakit, menyaksikan jarum menembus kulitnya untuk menyaring darahnya.

"Malam-malam ketika saya begadang hingga pukul 2-3 awal hari untuk belajar ujian, lampau makan larut malam, minum teh susu, saya tidak menganggapnya sesuatu nan serius. Jika saya dapat kembali, saya bakal lebih memperhatikan diri sendiri, tetapi sekarang sudah terlambat," sesalnya.

Menurut Associate Professor Do Gia Tuyen, Departemen Nefrologi Urologi, Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi, setiap minggu dia menerima hingga 6 pasien dengan kandas ginjal kronis stadium 4-5, nan sebagian besar adalah generasi muda alias separuh baya di bawah 45 tahun. Hal nan mengkhawatirkan, sebagian besar pasien baru mengetahui penyakitnya ketika sudah dalam stadium parah, ketika metode pengobatan konservatif nyaris tidak lagi efektif.

Mengapa pasien kandas ginjal sering terlambat terdeteksi? Associate Professor Tuyen menunjukkan tiga kemungkinan utama:

Tak ada indikasi di awal penyakit

Penyakit ginjal kronis terjadi secara diam-diam, tanpa indikasi nan jelas selama bertahun-tahun. Hanya ketika tanda-tanda seperti edema, oliguria, kelelahan, dan tekanan hipertensi muncul, pasien pergi ke dokter, tetapi penyakitnya sudah dalam tahap akhir. Banyak orang, terutama kaum muda, tidak menyadari tingkat keparahan penyakit ini, nan menyebabkan mereka mengabaikan tanda-tanda awal.

Nihil pemeriksaan rutin

Pemeriksaan kegunaan ginjal kudu dilakukan secara teratur, terutama pada perseorangan berisiko tinggi seperti pengidap diabetes, mereka nan mempunyai tekanan darah tinggi, mereka nan berumur di atas 60 tahun, dan mereka nan mempunyai riwayat family penyakit ginjal. Dengan hanya melakukan tes urine alias mengukur proteinuria dan kreatinin darah setiap tahun, penyakit ini dapat dideteksi sejak dini. Namun, banyak orang tidak melakukan pemeriksaan ini lantaran kurangnya info alias subjektivitas.

Penyakit ginjal kronis dikenal sebagai silent killer alias diam-diam mematikan. Hoai, pasien muda lainnya di rumah sakit seperti Duy dirawat, berjuang melawan pemeriksaan nan sama di usianya 20 tahun.

NEXT: Gejala Awal nan Dirasakan

Hoai relatif cukup sibuk di masa mudanya, lantaran kudu menjalani studi sekaligus bekerja paruh waktu. Karenanya, dia sering melewatkan makan, dan lebih memilih makanan sigap saji dan kafein.

Gejala awalnya dianggap sebagai indikasi nan berasosiasi dengan stres, sehingga dia tidak berpikir lebih jauh. Saat dia mencari support profesional, kegunaan ginjalnya telah menurun drastis.

Di Rumah Sakit Umum Duc Giang, jumlah pasien muda nan memerlukan dialisis rutin telah meningkat drastis selama lima tahun terakhir.

Penyebabnya, menurut Dr Thanh, salah satu master di RS tersebut, meliputi aspek style hidup seperti kurang olahraga, dehidrasi, dan pilihan makanan nan jelek nan kaya bakal garam dan gula.

Simak Video "Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal "
[Gambas:Video 20detik]

Selengkapnya